Ini adalah sebuah kisah moral bercerita tentang seorang ayah dan anaknya, serta seekor keledai yang mereka miliki.
Dahulu kala disebuah desa kecil hiduplah seorang ayah yang sudah menginjak usia senja, dia memiliki anak yang masih kecil. Setiap hari mereka bertani dan berkebun yang berjarak agak jauh dari rumah mereka. Hari itu mereka pulang dari ladang, sang Ayah mempersilahkan anaknya untuk menunggangi keledai mereka dengan Ayah berjalan menarik keledai tersebut. Saat melewati pasar, orang-orang disana bergunjing tentang mereka " Dasar anak tidak tau diri, Ayah yang sudah tua disuruh untuk berjalan kaki dan menarik keledai, sementara dia enak-enakan duduk diatas keledai..".
Keesokan harinya, sang anak mempersilahkan Ayah yang sudah tua saja untuk menunggangi keledai, dan dia yang berjalan menarik keledai. Saat melewati pasar, " Dasar orang tua tidak tau diri, anaknya yang masih kecil dibiarkan berjalan menarik keledai, sementara dia bersantai diatas keledai ..". Sang Ayah berkata, " tidak apa-apa nak, besok kita coba lagi .. ".
Besoknya mereka berdua bersama-sama menaiki keledai tersebut, lalu saat melewati pasar, kembali orang-orang di pasar menghujat, "Dasar ayah dan anak yang tidak punya belas kasihan, keledai yang lemah itu dibiarkan untuk membawa mereka berdua .. " mereka lantas terus berjalan pulang. " besok kita coba lagi nak ... " ucap sang Ayah.
Esok hari, mereka berjalan bersama-sama, sambil menarik keledai yang tidak membawa beban sedikitpun. Lalu saat melewati pasar, " Benar-benar ayah dan anak yang bodoh, memiliki keledai namun tidak dimanfaatkan .. ". Sesampainya dirumah sang Ayah berkata, " Begitulah nak, pandangan orang lain terhadap apa yang kita lakukan selalu berbeda. Apa yang kita lakukan telah benar menurut kita belum tentu itu akan benar di mata orang lain, oleh karena itu bersikaplah sesuai dengan kata hati nurani kita, jangan selalu mendengarkan kata orang lain, karena apa yang kita lakukan sudah benar akan tampak salah menurut mereka."